Dalam Islam tidak ada istilah “karma” sebagaimana dipahami dalam agama Hindu–Buddha (yakni hukum sebab-akibat lintas kelahiran atau reinkarnasi).
Namun Islam mengakui konsep balasan atas perbuatan — kebaikan dibalas kebaikan, keburukan dibalas keburukan — tetapi bukan karena kekuatan alam, melainkan karena ketetapan Allah, sesuai hikmah dan keadilan-Nya.
Jadi, konsep yang paling mirip dengan “karma” dalam Islam adalah:
1. Sunnatullah (hukum sebab-akibat yang Allah tetapkan)
2. Qadha dan Qadar
3. Balasan amal shaleh dan dosa
4. Dzulm (kezaliman) yang kembali kepada pelakunya
5. Akibat perbuatan manusia di dunia dan akhirat
1. Balasan Atas Setiap Perbuatan dalam Al-Qur’an
a. Kebaikan dibalas kebaikan
Allah berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا
“Barang siapa mengerjakan amal saleh, (maka hasilnya) untuk dirinya sendiri; dan barang siapa berbuat jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri.”
(QS. Fushshilat: 46)
Ayat ini menjelaskan bahwa setiap perbuatan selalu kembali kepada pelakunya.
b. Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
“Tidak ada balasan untuk kebaikan kecuali kebaikan pula.”
(QS. Ar-Rahman: 60)
c. Keburukan akan menimpa pelakunya
وَلَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ
“Tipu daya yang buruk tidak akan menimpa kecuali kepada pembuatnya sendiri.”
(QS. Fāthir: 43)
Ini sangat mirip dengan konsep bahwa kejahatan kembali kepada pelakunya, tetapi Islam menekankan bahwa Allah yang menentukan akibat itu, bukan energi atau hukum alam.
d. Akibat kezaliman kembali kepada pelakunya
وَمَا ظَلَمَهُمُ اللَّهُ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Allah tidak menzalimi mereka, tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.”
(QS. Ali ‘Imran: 117)
2. Balasan Perbuatan dalam Hadits
a. Siapa yang memudahkan orang lain, Allah mudahkan urusannya
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ يُسِّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يُسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Siapa yang memudahkan kesulitan orang lain, Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat.”
(HR. Muslim)
Inilah konsep “kebaikan kembali ke kita”.
b. Penolong saudaranya akan ditolong Allah
وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
“Allah akan menolong seorang hamba selama ia menolong saudaranya.”
(HR. Muslim)
c. Barang siapa menanam sebuah kebaikan akan menuainya
Rasulullah ﷺ bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”
(HR. Thabrani)
Ulama menjelaskan: manfaat yang ia berikan akan kembali kepadanya.
d. Siapa yang berbuat zalim, ia akan menerima akibatnya
Rasulullah ﷺ bersabda:
الظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Kezaliman itu akan menjadi kegelapan pada hari Kiamat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
3. Kenapa Islam Tidak Menggunakan Istilah “Karma”?
- Karma dalam Hindu–Buddha berhubungan dengan reinkarnasi, sedangkan Islam menolak reinkarnasi.
- Dalam Islam, balasan terjadi atas kehendak Allah, bukan otomatis dari alam.
- Dalam Islam, mungkin saja:
- Kejahatan dibalas langsung di dunia atau ditangguhkan hingga akhirat.
- Kebaikan seseorang bisa diganti bentuknya (rezeki, perlindungan, keturunan, ampunan).
Jadi konsep Islam lebih luas, lebih adil, dan lebih lengkap.
4. Istilah yang Benar dalam Islam
Untuk menggantikan istilah “karma”, ulama menggunakan:
a. Al-Jazā’ min jinsil ‘amal
(Balasan sesuai jenis perbuatannya)
Contoh:
- Menyakiti orang → kelak disakiti.
- Menghina → akan dihina.
- Menolong → akan ditolong.
Hadits-hadits di atas termasuk bagian dari konsep ini.
b. Sunnatullah fil kaun (hukum sebab-akibat yang Allah tetapkan)
Contoh:
- Orang rajin → hasilnya baik.
- Orang malas → hidupnya sulit.
- Orang jahat → hidupnya penuh masalah.
Bukan karena “karma”, tapi karena hukum Allah yang berlaku umum.
Demikianlah, Islam tidak mengakui “karma” versi agama lain, tetapi Islam memiliki konsep balasan yang lebih benar dan lebih lengkap:
- Kebaikan dibalas kebaikan.
- Keburukan kembali kepada pelakunya.
- Allah memberi balasan sesuai kehendak-Nya.
- Balasan bisa di dunia, di akhirat, atau keduanya.
- Seluruhnya terjadi dalam kerangka qadha dan qadar, bukan hukum alam.
Dengan memahami ini, seorang Muslim akan:
- Lebih berhati-hati dalam berbuat.
- Lebih giat dalam kebaikan.
- Lebih ridha pada ketetapan Allah.
- Lebih yakin bahwa Allah Maha Adil dan Maha Membalas.

Leave a Reply