1. Landasan Dalil Penentuan Waktu Salat
Dalam Islam, patokan waktu salat sudah ditetapkan oleh Nabi ﷺ:
Waktu Isya
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Waktu Isya hingga pertengahan malam.”
(HR. Muslim)
Isya dimulai ketika mega merah (syafaq ahmar) telah hilang.
Ini adalah batas astronomi yang juga digunakan para ulama klasik.
Waktu Subuh
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Makan dan minumlah hingga jelas bagi kalian garis putih dari garis hitam fajar.”
(QS. Al-Baqarah: 187)
Yang dimaksud adalah fajar shadiq, cahaya putih horizontal yang muncul di ufuk timur.
2. MASALAH BESAR: Banyak Jadwal Saat Ini Tidak Akurat
Ini fakta yang diakui oleh:
- para astronom Muslim,
- lembaga rukyat independen,
- dan berbagai peneliti falak di Timur Tengah, Eropa, serta Asia.
A. Kesalahan Waktu Isya
Banyak kalender memakai derajat 17° atau 18° untuk hilangnya mega merah.
Padahal:
- Di daerah tropis (Indonesia), mega merah lebih lama hilang.
- Observasi lapangan menunjukkan syafaq baru hilang sekitar 14°–15° bahkan kadang 13°.
Akibatnya:
→ Waktu Isya terlalu cepat 10–20 menit.
B. Kesalahan Waktu Subuh
Inilah titik paling sensitif.
Banyak jadwal memakai derajat:
- 20°
- 18°
- 17.5°
Padahal berbagai observasi nyata menunjukkan:
Fajar Shadiq baru tampak di Indonesia
pada kisaran 12°–14°.
Artinya:
👉 Waktu Subuh resmi saat ini lebih awal 20–30 menit.
Bahkan di beberapa daerah bisa lebih cepat 40 menit.
Ini sesuai laporan berbagai tim rukyat modern, misalnya:
- Peneliti falak Indonesia
- Tim Moonsightingglobal
- Dubai Observatory
- Diyanet Turki
- Cairo Observatory
Kesimpulannya jelas: fajar “jadwal resmi” terlalu cepat.
3. Kenapa Bisa Terjadi Perbedaan Ini?
1. Derajat yang dipakai sejarahnya bukan hasil pengamatan Indonesia
Sebagian aturan salat Subuh diambil dari:
- Mesir (lintang tinggi)
- Pakistan
- India
Cahaya fajar berbeda antara wilayah gurun dan wilayah tropis lembap seperti Indonesia.
2. Indonesia memiliki lapisan atmosfer yang lebih tebal
Humiditas dan polusi membuat cahaya senja dan fajar:
- lebih lambat hilang saat Isya
- lebih lambat muncul saat Subuh
4. SEBERAPA BESAR KOREKSINYA?
A. Koreksi Waktu Isya
Mega merah hilang sekitar:
- 13°–15°
Jika jadwal sekarang memakai 17°–18°, maka:
👉 Isya seharusnya dimundurkan 10–20 menit.
B. Koreksi Waktu Subuh
Fajar shadiq muncul pada:
- 12°–14°
Jika jadwal sekarang memakai 18°–20°, maka:
👉 Subuh seharusnya dimundurkan 20–40 menit.
Bahkan di beberapa daerah sampai 45 menit.
5. APA SIKAP PRAKTIS YANG PALING AMAN?
1. Waktu Isya
Tunda 10–20 menit dari jadwal resmi, terutama untuk:
- salat berjamaah
- iqamah
- waktu sah
Namun salat pada jadwal resmi tetap sah menurut mayoritas ulama—karena masih berada di waktu ihtiyath (kehati-hatian).
2. Waktu Subuh
Ini yang paling penting.
Saran praktis paling aman dan didukung banyak observasi:
👉 Tunda Subuh 30 menit dari jadwal resmi.
Untuk daerah tertentu (pegunungan/tepi laut)
👉 Tunda 35–40 menit untuk memastikan fajar shadiq benar-benar muncul.
Kenapa harus hati-hati?
Karena salat sebelum fajar shadiq tidak sah menurut ijma’ ulama.
Sementara menunda salat tetap sah karena masih dalam waktu Subuh.
6. Bagaimana Dengan Puasa?
Di sini harus lebih berhati-hati karena:
Jika seseorang makan setelah fajar shadiq, puasanya batal.
Maka:
👉 Untuk imsak, gunakan waktu Subuh resmi sebagai batas kehati-hatian.
👉 Untuk salat, gunakan waktu Subuh yang dikoreksi (30–40 menit setelahnya).
Ini adalah solusi paling aman dan paling banyak direkomendasikan para ahli falak kontemporer.
7. RINGKASAN PRAKTIS
| Waktu | Jadwal Resmi | Koreksi Aman | Selisih |
|---|---|---|---|
| Isya | 17°–18° | Tunda 10–20 menit | Lebih cepat |
| Subuh | 18°–20° | Tunda 30–40 menit | Jauh lebih cepat |
- Kalender di Indonesia masih memakai derajat fajar dan syafaq yang terlalu besar.
- Observasi lapangan membuktikan waktu Subuh resmi terlalu cepat 20–40 menit, Isya terlalu cepat 10–20 menit.
- Sikap paling aman adalah memperbaiki waktu secara mandiri dengan cara menundanya.
- Ini sesuai maqasid syariah: memastikan ibadah dilakukan pada waktu yang benar.

Leave a Reply